Keajaiban Dunia, Warisan UNESCO, dan Asal Usul Muncul nya Danau Toba, Danau Toba merupakan salah satu keajaiban dunia juga salah satu danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Keindahan alamnya yang sangat memukau menjadikan danau ini sebagai objek wisata prioritas di wilayah Sumatera Utara.

Mengutip buku Pesona dan Daya Tarik Wisata di Indonesia karya Tahu N, Danau Toba merupakan danau vulkanik dengan luas 1.700 km2 yang membentang di tiga kabupaten, yaitu berada di Kabupaten Parapat, Kabupaten Toba, maupun di Kabupaten Ambarita, Provinsi Sumatera Utara.

Menurut para ahli, Danau Toba terbentuk akibat letusan gunung berapi yang terjadi sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu. Letusan ini mengakibatkan terbentuknya kawah besar yang lama-kelamaan terisi air hingga menjadi danau.

Baca Juga :
Perjalanan Zaman dan Melacak Jejaknya, Wisata Sejarah di Maluku Pasti Seru!

Keajaiban Dunia, Warisan UNESCO, dan Asal Usul Muncul nya Danau Toba

Di tengah Danau Toba, terdapat sebuah pulau vulkanik yang dikenal dengan nama Pulau Samosir. Pulau ini terbentuk karena tekanan magma yang terus menerus dari dalam bumi.

Selain menyuguhkan pesona alam yang indah, Danau Toba dan Pulau Samosir juga memiliki legenda atau cerita rakyat yang sangat terkenal. Cerita ini dipercaya sebagai asal mula terbentuknya Danau Toba.

Lantas, seperti apakah legenda asal usul Danau Toba yang berkembang di masyarakat Sumatera Utara? Simak kisah lengkapnya dalam ulasan berikut ini.

Sejarah dan Asal Usul Danau Toba

Disarikan dari buku Cerita Rakyat Asli Indonesia karya Monika Cri Maharani, kisah terbentuknya Danau Toba bermula ketika seorang petani yatim piatu bernama Toba sedang memancing ikan di sungai.

Toba berharap mendapatkan ikan yang besar agar ia bisa segera memasak dan membuat makan malam. Setelah beberapa jam menunggu, ia berhasil mendapatkan ikan yang sangat besar dengan sisik berwarna kuning keemasan.

Ketika Toba melepaskan kail dari mulut ikan tersebut, keajaiban terjadi di depan matanya. Tiba-tiba saja, ikan tersebut berubah menjadi seorang gadis cantik.

Melihat Toba yang terkejut dan tidak bisa berkata-kata, gadis cantik itu menjelaskan bahwa dia terkena kutukan. Toba kemudian memperkenalkan namanya, begitu juga dengan si gadis ikan yang kemudian dikenal dengan nama Putri.

Baca Juga :
Daftar TOP 5 Situs Warisan Dunia UNESCO di Malaysia, Ada Kota Tua dan Juga Wisata Alam Lho!

Suatu hari, Toba memutuskan untuk menikahi Putri. Namun, Putri memberikan syarat bahwa jika suatu saat mereka memiliki keturunan, tidak boleh ada yang tahu bahwa ibunya adalah seekor ikan. Toba pun menyanggupi janji tersebut, mereka pun menikah dan dikaruniai seorang anak yang diberi nama Samosir.

Suatu hari, Samosir diminta ibunya untuk mengantarkan makanan kepada Toba yang sedang bekerja di ladang. Samosir yang merupakan seorang pemalas menolak permintaan ibunya. Namun, setelah dipaksa berkali-kali, akhirnya ia mau mengantarkan makanan tersebut dengan wajah masam.

Di tengah perjalanan, Samosir merasa lapar. Dia berhenti untuk beristirahat dan memakan makanan yang seharusnya diberikan kepada ayahnya. Dengan sedikit makanan dan minuman yang tersisa, ia melanjutkan perjalanan ke ladang.

Sesampainya di ladang, Samosir memberikan makanan dan minuman tersebut kepada ayahnya. Toba yang belum makan sama sekali sejak pagi segera membuka bekal tersebut. Ia terkejut melihat makanan yang tersisa hanya sedikit.

“Kenapa makanan dan minuman yang tersisa hanya sedikit?”

“Saya sudah memakan sebagian makanan dan minumanmu karena saya sangat lapar,” jawab Samosir.

Mendengar jawaban tersebut, Toba sangat marah dan kehilangan kesabarannya sambil memaki-maki Samosir, “Dasar anak ikan!”

Tanpa disadari, Toba telah mengingkari janji yang telah ia buat dengan istrinya. Secara tidak langsung, ia telah mengatakan kepada Samosir bahwa ibunya adalah seekor ikan. Samosir kemudian pergi dan mengadukan hal ini kepada ibunya.

Baca Juga :
Kota Mati yang di Tinggalkan Puluhan Tahun Lalu, Kini Menjadi Tempat Wisata!

Putri merasa sedih dan tidak menyangka bahwa suaminya telah mengingkari sumpahnya. Karena sakit hati yang mendalam, ia dan Samosir berpegangan satu sama lain dan menghilang dalam sekejap. Jejak kaki ibu dan anak ini kemudian mengeluarkan mata air yang sangat deras.

Toba menangis dan menyesali perbuatannya sendiri. Air matanya terus mengalir deras dan tak terbendung. Tak lama kemudian, tanah tempat mereka tinggal berubah menjadi danau yang luas dan berwarna kebiruan.

Penduduk setempat kemudian menamai danau tersebut dengan nama Danau Toba. Pulau kecil di tengah Danau Toba diberi nama Pulau Samosir, yang mengingatkan pada si bocah Toba.